Kamis, 20 Agustus 2015
Senin, 10 Agustus 2015
Perbedaan CVT dan AT pada Mobil
Perkembangan industri otomotif, khususnya roda empat di Indonesia semakin berkembang pesat. Produsen mobil, baik dari Jepang, Eropa, maupun Amerika berlomba-lomba membuat inovasi dalam setiap kendaraan pribadi yang akan dirilis kepasaran. Dalam kurun waktu 10 tahun terakhir, ada fenomena menarik yang terjadi di Indonesia terutama mengenai perkembangan mobil matic yang semakin digemari konsumen.
Mobil matic mulai dipilih konsumen karena dinilai lebih praktis dan lebih mudah dioperasikan terutama pada keadaan lalu lintas yang padat. Namun ternyata ada kesalahan persepsi yang terjadi dikalangan konsumen mobil dan bahkan dikalangan mekanik-mekanik mobil yang ada di Indonesia. Kebanyakan dari mereka belum bisa membedakan antara transmisi CVT ( Continous Variable Transmission) dengan AT (automatic transmission) yang disematkan pada masing-masing mobil. Kedua transmisi tersebut memiliki konsep dasar yang berbeda dan cara kerja yang berbeda. Dalam tulisan pendek ini, penulis akan sedikit berbagi informasi mengenai perbedaan kedua nya.
1. CVT (Continous Variable Transmission)
CVT merupakan sistem transmisi yang menggunakan pulley dan sabuk baja sebagai komponen utama pengggerak transmisi. Keunggulan CVT adalah cara kerja yang lebih halus, tidak menghentak ketika dioperasikan, tidak membutuhkan RPM tinggi untuk mendapatkan tenaga besar (pemakaian normal). Kelemahan sistem CVT adalah cenderung kurang responsif. Berdasarkan prinsip kerjanya, transmisi CVT mobil ini hampir sama dengan sistem CVT di motor skutik (mio, vario,spin dll) namun komponen yang digunakan pada CVT motor lebih sederhana. Penggunaan oli transmisi juga harus khusus dan tidak boleh sembarangan. Oli transmisi yang digunakan harus oli rekomendasi dealer yang dikhususkan untuk mobil CVT. Beberapa jenis mobil yang menggunakan transmisi CVT adalah honda jazz lama, honda city lama, honda mobilio, honda odissey, nissan juke, nissan xtrail, nissan grand livina, new nissan march, new suzuki splash, new toyota corolla altis, toyota alphard (versi tertentu).
2. AT (Automatic Transmission)
Beda CVT, beda juga dengan AT. komponen utama transmisi AT adalah torque converter, planetary gear unit (gigi planet) dan, hydraulic control unit. Torque converter berfungsi sebagai kopling otomatis dan digunakan untuk memperbesar momen mesin ketika sedang beroprasi. oli yang digunakan untuk transmisis jenis ini harus menggunakan oli dengan tanda ATF (Automatic Transmition Fluid). ciri khas transmisi AT adalah adanya hentakan pada setiap momen perpindahan gigi. Pada umumnya, transmisi AT banyak disematkan oleh pabrikan mobil yang mengeluarkan varian matic.
Setelah mengetahui perbedaan sederhana antara transmisi CVT dan AT, maka penulis akan memberikan tips mengenai cara pengoperasian mobil CVT dan AT.
1. Pastikan setiap memanaskan mobil di pagi hari, tuas persneling diletakkan di posisi N. ketika dipanaskan, oli dalam transmisi bersirkulasi, jika tuas berada diposisi P maka oli tidak akan bersirkulasi dan efek jangka panjangnya dapat berakibat pada kerusakan transmisi.
2. Transmisi P hanya digunakan ketika mobil hendak dimatikan. Banyak kasus yang saya amati ketika berhenti traffic light banyak pengendara mobil yang memindahkan tuas ke posisi P. Hal ini dapat merusak transmisi karena kaitannya dengan sirkulasi oli seperti yang sudah disebutkan diatas.
3. Memindah transmisi ketika mobil sudah berhenti total. hal ini wajib hukumnya, terutama ketika akan memindahkan transmisi dari D ke R, D ke P, R ke P ataupun sebaliknya. Beberapa pengecualian misalnya ketika akan memindahkan transmisi dari S ke D dan sebaliknya boleh dilakukan ketika mobil sedang berjalan.
Semoga tips di atas dapat memberikan tambahan wawasan terhadap pembaca yang memiliki mobil CVT ataupun AT dirumah. Dengan menggunakan mobil secara baik dan benar maka sesungguhnya itu adalah investasi jangka panjang yang sangat menguntungkan bagi kita.
Gerry Mahendra - Kompasian
Mobil matic mulai dipilih konsumen karena dinilai lebih praktis dan lebih mudah dioperasikan terutama pada keadaan lalu lintas yang padat. Namun ternyata ada kesalahan persepsi yang terjadi dikalangan konsumen mobil dan bahkan dikalangan mekanik-mekanik mobil yang ada di Indonesia. Kebanyakan dari mereka belum bisa membedakan antara transmisi CVT ( Continous Variable Transmission) dengan AT (automatic transmission) yang disematkan pada masing-masing mobil. Kedua transmisi tersebut memiliki konsep dasar yang berbeda dan cara kerja yang berbeda. Dalam tulisan pendek ini, penulis akan sedikit berbagi informasi mengenai perbedaan kedua nya.
1. CVT (Continous Variable Transmission)
CVT merupakan sistem transmisi yang menggunakan pulley dan sabuk baja sebagai komponen utama pengggerak transmisi. Keunggulan CVT adalah cara kerja yang lebih halus, tidak menghentak ketika dioperasikan, tidak membutuhkan RPM tinggi untuk mendapatkan tenaga besar (pemakaian normal). Kelemahan sistem CVT adalah cenderung kurang responsif. Berdasarkan prinsip kerjanya, transmisi CVT mobil ini hampir sama dengan sistem CVT di motor skutik (mio, vario,spin dll) namun komponen yang digunakan pada CVT motor lebih sederhana. Penggunaan oli transmisi juga harus khusus dan tidak boleh sembarangan. Oli transmisi yang digunakan harus oli rekomendasi dealer yang dikhususkan untuk mobil CVT. Beberapa jenis mobil yang menggunakan transmisi CVT adalah honda jazz lama, honda city lama, honda mobilio, honda odissey, nissan juke, nissan xtrail, nissan grand livina, new nissan march, new suzuki splash, new toyota corolla altis, toyota alphard (versi tertentu).
2. AT (Automatic Transmission)
Beda CVT, beda juga dengan AT. komponen utama transmisi AT adalah torque converter, planetary gear unit (gigi planet) dan, hydraulic control unit. Torque converter berfungsi sebagai kopling otomatis dan digunakan untuk memperbesar momen mesin ketika sedang beroprasi. oli yang digunakan untuk transmisis jenis ini harus menggunakan oli dengan tanda ATF (Automatic Transmition Fluid). ciri khas transmisi AT adalah adanya hentakan pada setiap momen perpindahan gigi. Pada umumnya, transmisi AT banyak disematkan oleh pabrikan mobil yang mengeluarkan varian matic.
Setelah mengetahui perbedaan sederhana antara transmisi CVT dan AT, maka penulis akan memberikan tips mengenai cara pengoperasian mobil CVT dan AT.
1. Pastikan setiap memanaskan mobil di pagi hari, tuas persneling diletakkan di posisi N. ketika dipanaskan, oli dalam transmisi bersirkulasi, jika tuas berada diposisi P maka oli tidak akan bersirkulasi dan efek jangka panjangnya dapat berakibat pada kerusakan transmisi.
2. Transmisi P hanya digunakan ketika mobil hendak dimatikan. Banyak kasus yang saya amati ketika berhenti traffic light banyak pengendara mobil yang memindahkan tuas ke posisi P. Hal ini dapat merusak transmisi karena kaitannya dengan sirkulasi oli seperti yang sudah disebutkan diatas.
3. Memindah transmisi ketika mobil sudah berhenti total. hal ini wajib hukumnya, terutama ketika akan memindahkan transmisi dari D ke R, D ke P, R ke P ataupun sebaliknya. Beberapa pengecualian misalnya ketika akan memindahkan transmisi dari S ke D dan sebaliknya boleh dilakukan ketika mobil sedang berjalan.
Semoga tips di atas dapat memberikan tambahan wawasan terhadap pembaca yang memiliki mobil CVT ataupun AT dirumah. Dengan menggunakan mobil secara baik dan benar maka sesungguhnya itu adalah investasi jangka panjang yang sangat menguntungkan bagi kita.
Gerry Mahendra - Kompasian
Selasa, 04 Agustus 2015
Melayani Kuras Oli Transmisi Otomatis Mobil
Shop and Drive Cijantung melayani kuras oli transmisi matik (ATF) untuk semua mobil dengan menggunakan mesin ATF changer. Tersedia berbagai oli transmisi matik anda.
Flushing ATF ini menggunakan mesin ATF Changer yang berguna mendorong oli automatic lama Anda dan sekaligus menggantinya dengan oli yang baru. Proses berhenti setelah warna oli dimesin ATF terlihat bening/isinya oli baru semua.
Untuk perawatan yang baik, rekomendasi kuras (flushing) perlu dilakukan setiap 40.000-60.000 km, sedangkan untuk untuk mengganti (buka carter) setiap 10.000 km.
Kebutuhan jumlah oli matic setiap mobil saat flushing ATF tergantung dari kadar oli dalam mobil tersebut. makin hitam atau kotor oli automatic Anda, maka dibutuhkan jumlah oli ATF baru yang lebih banyak. Untuk menggantinya, rata-rata mobil membutuhkan setidaknya 3-4 liter untuk sekadar mengganti dan 8-12 liter bila pelumas dikuras. Jumlah pelumas sangat tergantung dari jenis mobilnya.
Bila mobil transmisi automatic Anda sudah terasa berat tarikannya (akselerasinya), maka cobalah untuk flushing oli transmisi matiknya.
Kenali Jenis Transmisi Matic
Yang paling penting sebelum melakukan pelumasan pada sistem transmisi adalah mengenali jenis sistem transmisi yang digunakan, sampai saat ini ada banyak jenis sistem transmisi matic.
Di Indonesia sebagian besar mobil matic memakai sistem transmisi: otomatis konvensional, continously variable transmission (CVT) dan dual cluth transmission. Pecinta otomotif harus mengetahui mobil yang dimiliki termasuk dalam sistem transmisi mana (konvensional, CVT atau dual cluth).
Pelumas Otomotis Konvensional
Untuk mobil merk Toyota yang menggunakan transmisi otomatis konvensional kebanyakan memakai 4 jenis oli yakni Mercon, Dextron III, ATF WS, T-IV. Untuk Mercon dan Dextron III juga banyak dipakai pada mobil transmisi matic konvensional pabrikan otomotif tanah air seperti chevrolet ataupun pabrikan lain.
Untuk mobil keluaran honda yang memakai transmisi matic konvensional biasa memakai oli jenis ATF Z1, untuk memastikan spesifikasi oli yang digunakan bisa melihat kode yang tertera pada Dipstick transmisi (batangan yang masuk pada lubang oli).
Oli Transmisi CVT
Pada sistem transmisi mobil CVT suhu sistem transmisi lebih rendah dibanding otomatis konvensional, komponen di dalam sistem transmisi ini juga berbeda dengan tipe pertama sehingga jenis pelumas yang digunakan juga berbeda. Transmisi CVT ini bisa menggunakan oli CVTF (CVT Fluid) yang banyak beredar, cari merk yang memiliki reputasi atau disarankan pabrikan mobil dan jangan tergoda oleh harga atau merk yang tidak dikenal (tidak memiliki reputasi).
Konsultasikan pada bengkel tentang oli yang terpercaya (memiliki reputasi) atau bengkel resmi mobil mengenai penggantian oli transmisi ini.
Oli mobil matic Dual Cluth
Mobil yang memakai sistem transmisi matic Dual Cluth ini adalah transmisi otomatis paling canggih saat ini, transmisi matic tipe ini banyak digunakan oleh pabrikan mobil eropa kelas atas semacam Mercedess Benz, VW, Audi, Ford, BMW.
Keistimewaan sistem transmisi ini adalah memiliki akselerasi yang sangat cepat dengan hentakan yang sangat halus, akselerasi transmisi matic dual cluth ini bisa mengalahkan mobil manual yang yang dikendalikan pembalap profesional (wajar karena awalnya teknologi dual cluth digunakan untuk Formula 1).
Pecinta otomotif yang memakai mobil dengan sistem transmisi Dual Cluth ini biasanya mengganti oli transmisi pada bengkel-bengkel resmi, misalnya bengkel resmi BMW, Mercedes dan lain sebagainya.
Shop and Drive Cijantung. Telp 87799878
sumber: mobilku
Potensi Kerusakan Transmisi Matic Akibat Prilaku Salah Pengemudi
Perilaku salah dapat membuat usia pakai peranti pemindah daya mesin ke roda ini menjadi lebih singkat, namun kadang kita tak menyadarinya. Apa saja itu?
Percayakah Anda kalau perawatan transmisi otomatis jauh lebih mudah dibanding manual? Transmisi pintar ini akan tetap terjaga performanya selama oli transmisi yang mengalir di dalamnya tetap terjaga.
“Kerusakan tranmisi otomatis 85% disebabkan kelalaian mengganti oli, 10% karena kesalahan pengoperasian dan 5% akibat umur pemakaian,” jelas Ricky Ricardo, pemilik bengkel transmisi otomatis Ricardo Matik di Cikokol, Tangerang.
Namun perlakuan yang salah terhadap transmisi ini juga bisa mengakibatkan masalah. Walau tidak fatal, kelalaian-kelalaian kecil ini menjadi awal dari kerusakan transmisi pintar Anda secara keseluruhan.
1. Tidak memindahkan posisi tuas ke N saat berhenti lama
Kadang pengendara mobil matik terbuai dengan kemudahan yang diberikannya. Termasuk ketika berhenti lama di tengah kemacetan atau saat lampu merah. Kondisi ini membuat trasnmisi bekerja ekstra lantaran harus bekerja disaat suplai udara segar terbatas.
Sebaiknya pindahkan posisi tuas ke N ketika Anda sedang berhenti dengan rentang waktu lebih dari 60 detik. Hal ini bertujuan agar pelumas di transmisi tidak meningkat drastis ketika menghadapi kondisi seperti itu.
2. Langsung tancap gas setelah memindahkan tuas ke D
Lantaran terburu-buru akibat lampu lalu lintas yang menyala hijau, kerap pengendara mobil matik langsung memindahkan posisi tuas ke D dan menginjak pedal gas seketika itu juga.
Padahal transmisi perlu waktu untuk melakukan proses engage dengan memindahkan tekanan fluida ke arah torque converter. Bila kebiasaan ini sering dilakukan, maka katupsolenoid di dalam transmisi lebih mudah rusak sehingga kerusakan rentan terjadi.
3. Sering melakukan engine brake berlebihan
Untuk memperoleh efek engine brake, transmisi otomatis boleh digunakan pada posisi gigi yang lebih rendah. Namun sebaiknya lakukan perpindahan pada putaran mesin dibawah 3.000 rpm. Sebab bila di atas angka itu, bisa berakibat Akibatnya terjadilah hard friction yang akan mengurangi umur pakai dari kopling gesek di dalam transmisi pintar ini.
4. Mesin bekerja di putaran yang cukup tinggi
Untuk memperoleh kemampuan berakselerasi optimal, putaran mesin pun perlu dijaga. Salah satunya dengan mempertahankan posisi gigi yang tepat agar mesin bekerja di putaran cukup tinggi.
Sayangnya perilaku ini tidak cocok ketika digunakan pada transmisi otomatis. Lantaran menggunakan kopling basah, membuat selip menjadi kian mudah terjadi. Apalagi bila pengemudi kerap memindahkan posisi gigi melalui tuas transmisi yang berefek pada longgarnya bearing pada main shaft. Kejadian ini ditandai dengan semakin lamanya perpindahan antara gigi yang ada.
Hal ini hanya langsung terjadi jika putaran mesin hampir berada pada redline saat posisi gigi diturunkan. Untuk itu hindari perpindahan gigi ke posisi yang lebih rendah pada putaran mesin mendekati redline.
“Kondisi ATF yang baik, akan turut menjaga performa transmisi otomatis ini. Untuk itu lakukan pergantian oli transmisi 5.000 km sekali dan mengurasnya setiap 20.000 km sekali,” ujar Ricky. Namun tetap harus diingat untuk tidak melakukan down shift di putaran mesin yang terlalu tinggi.
5. Perpindahan dari posisi D ke R saat melaju
Pengoperasian tuas ketika pengendara hendak parkir, tentu memerlukan kecepatan tangan dalam memindahkan tuas. Nah, bila dilakukan dengan kasar, maka transmisi otomatis konvensional dapat berakibat kerusakan internal maupun external transmisi.
Di dalam, kerusakan yang terjadi pada planetary gear dan one way clutch. Sementara komponen di luar transmisi yang bisa terpengaruh seperti cross joint pada as kopel, engine mounting dan as roda pada penggerak roda depan.
6. Menahan transmisi di posisi gigi 1 secara terus menerus
Kadang kebutuhan engine brake dan performa akselerasi di jalan menurun atau menanjak yang curam memerlukan transmisi berada di posisi gigi 1. Tapi sebaiknya kondisi ini hanya dipergunakan ketika diperlukan saja.
Dalam kondisi normal, hal ini perlu dihindari. Sebab beban kopling semakin berat. Apalagi bila dilanjutkan dengan perpindahan ke posisi gigi yang lebih tinggi pada transmisi otomatis konvensional. Dimana masih menggunakan katup membuat performa komponen per di balik aktuator piston tersebut bisa bermasalah akibat tekanan berlebih.
Hal ini kemudian mengakibatkan perpindahan menjadi tidak nyaman atau menyentak. Jika sampai terjadi, terpaksa harus melakukan pengantian komponen.
Perhatian!
Selain perilaku dalam hal pengoperasian, pemilik mobil pun perlu mengetahui beberapa hal di bawah ini:
1. Keteraturan mengganti oli transmisi
Tidak ada kampas kopling transmisi yang awet selama-lamanya. Namun semakin jarang ATF diganti, semakin besar kemungkinan kampas kopling ini terkikis habis. Ingatlah bahwaAutomatic Transmission Fluid (ATF) merupakan nyawa dari transmisi otomatis. Dengan menggunakan tekanan hidraulis, tenaga mesin bisa tersalurkan ke roda. Semakin baik kualitas oli, semakin baik pula transfer tenaga mesin ke roda.
2. Perhatikan spesifikasi oli
Cara pengoperasian transmisi otomatis maupun CVT (Continuous Variable Transmission)memang sama. Namun tidak dengan dengan cara kerjanya. Kedua transmisi ini mengandalkan cara kerja yang berbeda.
Pada transmisi otomatis, selain sebagai pelumas oli digunakan sebagai tenaga hidraulis bertekanan tinggi yang memicu perpindahan gigi dan memutar kopling hingga terjadi perpindahan tenaga ke roda. Sementara pada transmisi CVT yang memiliki hubungan mekanis, tekanan oli yang dihasilkan torque converter selain menyalurkan tenaga juga mengatur diameter puli sebagai. Pelumas juga berfungsi sebagai pelindung dan pelumas.
Itu sebabnya sangat penting untuk mengenali jenis tranmisi otomatis yang ada di mobil Anda. Untuk lebih mudahnya, ganti saja oli transmisi mobil sesuai dengan spesifikasi yang ditentukan produsen kendaraan. Jangan sekali-sekali menggunakan ATF biasa untuk transmisi CVT.
Semoga Bermanfaat
Drive Safe, Save Lives
Sumber: facebook Soul Synthetic User Lounge
Senin, 03 Agustus 2015
PENAWARAN SPESIAL LEBARAN 2015 UNTUK PENGGUNA KARTU KREDIT/DEBIT BCA
Program :
- Diskon 10% aki GSMF dengan trade in
- Beli 3 GRATIS 1 Oli Shell Astra 10W30
- Diskon 15% Shock Absorber Kayaba Import tipe tertentu (Avanza, Grand Livina 1.5 1.S/1.5 1.8, New City, Jazz, Vios, Innova, Avanza)
- Diskon 30% Ban Bridgestone, Dunlop Radial Lokal, Pirelli (min 2 pcs dan wajib spooring balancing)
- Diskon 25% Spooring Balancing
Syarat & Ketentuan :
- Promo berlaku untuk pembayaran menggunakan Kartu Kredit/Debit BCA
- Hanya untuk penggantian di tempat (berlaku di seluruh outlet Shop&Drive)
Periode :
15 Juni 2015 s/d 15 Agustus 2015
Langganan:
Postingan (Atom)